Monday, March 3, 2014

Cerpen : Segitiga Cinta Sahabat

Udara pegunungan yang dingin, secangkir white coffee, sepotong roti bakar dan beberapa keping cookies coklat menemani pagi seoranggadis berkulit kuning langsat duduk di sebuah rumah pohon yang dibuatnyabersama sahabatnya 1 tahun lalu. Keberadaan awan hitam dilangit dan matahariyang malu-malu menampakkan wajahnya, membuat gadis ini semakin nyaman berada dirumah pohon, namun wajahnya mulai tampak muram ketika dia ingat mengapa diaberada ditempat itu. Satu jam menunggu sahabatnya membuatnya mulai penat,diputuskannya untuk pulang, namun ketika dia hendak turun, sahabatnya datang.
“Desi…!! Kenapa loe udah mauturun?”
“Hah?? Loe sih kelamaan, gue udah hampir jamuran nungguin loe” kata Desi kesal.
“Hahaha…sorry ya? Gue tadi kena macet,” Jelas Danielsahabat Desi
“Gitu ya? Iya deh, ayo cepetan naik” Ajak Desi
Tanpa menjawab Daniel yang juga pembangun rumah pohon itu pun mengikutiDesi ke atas. Mereka mulai membicarakan rencana camping besok. Pakaian, bekal, dan tentu saja lokasi camping menjadi perdebatan saat itu.
“Kenapa enggak di hutan aja, kan asik tuh, gak butuh bawa bekal makanan,kita bisa latihan cari sendiri dari alam” Usul Desi
“Ahh…repot. Bukannya senang-senang malah kesusahan, di pantai aja lah..pemandangannya indah, gak terlalu jauh juga dari rumah penduduk, jadi kalo adaapa-apa gak bingung”
“Ok..jangan lupa bawa novel Perahu Kertas punyamu ya?  Aku pengen baca” Pinta Desi
“Gampang Des”
            Tak terasa jam dinding rumah pohontelah menunjukkan pukul 10.15 WIB. Sudah saatnya Desi harus masuk kelasMatematika, sedangkan Daniel ada kelas olah raga. Mereka pun memutuskanberangkat bersama-sama ke Kampus karena mereka berada di Universitas yang sama.
 “Huh…materi hari ini benar-benarmembuatku pusing” gumam Desi seusai dari kelas sambil menatap beberapa bukutebal di tangannya. Desi ingin segera pulang, sebab itulah dia berjalan menujukelas Daniel.
“Harusnya kelasnya sudah selesai” pikir Desi. Dia mempercepat jalannya,ketika melewati sebuah sudut jalan seorang laki-laki dengan pakaian olah ragayang tampak kelelahan setelah bermain basket, tak sengaja menabraknya. Seketikabuku yang berada ditangan Desi pun jatuh berserakan dilantai.
“Maaf, maafkan aku, aku tidak sengaja menabrakmu” kata laki-laki itusambil membereskan buku Desi yang jatuh.
No Problem, aku juga salah,aku tak berhati-hati” ujar Desi
Laki-laki itu segera mengembalikan buku Desi. “Terima kasih” ucap Desisambil meninggalkan laki-laki itu.
“Dan…. Sudah selesai kan?”
“Sudah Des, kenapa loe barudatang kesini?” tanya Daniel
“Tadi ada laki-laki yang tidak sengaja menabrakku di sana” jawab Desisambil menunjukkan tempat dimana dia tertabrak.
“Laki-laki? Siapa?”
Gue gak tau, tadi enggaksempat kenalan, sudahlah….tidak penting. Ayo pulang, kita harus berkemas untuk camping besok”
“OK. Loe ke mobil aja dulu.Nanti gue nyusul. Gue harus ganti baju dulu”
***
Berkemas sudah dilakukan dari kemarin, hanya tinggal menunggu jamberdentang pertanda pukul 15.00 WIB untuk berangkat. Tak lama kemudian, Desiberangkat menuju pantai dimana dia dan Daniel akan camping.
Setibanya disana Desi belum melihat Daniel tiba. “Kebiasaan, selalu gue yang harus nunggu” gumamnya dalamhati. Desi memutuskan untuk membangun tenda terlebih dahulu sambil menungguDaniel datang. Desi kesal, karena tendanya sudah berdiri tetapi Daniel tidakkunjung datang.
“Desi… Loe harus sabar, diamemang seperti itu adanya” kata desi dalam hati
“Kenapa wajahloe kusut begitu Des?” Tanya Danielmengagetkan Desi
Loe sih, selalu datang telat”
“Maaf, ini gara-gara dia nih, berkemasnya mendadak” jelas Daniel sambilmenunjuk temannya.
Loe bawa temen loe ya Dan?”
“Iya, enggak enak kalo Cuma kita berdua, nanti disangka ada apa-apa,oh..iya Des. kenalkan ini Revan, Revan..ini Desi” Daniel mengenalkan keduanya.
“Kamu..?” tunjuk Desi pada Revan
“Kamu…kamu kan yang kemarin tidak sengaja aku tabrak” kata Revan malu
“Kalian sudah pernah ketemu?” tanya Daniel
“Iya, dia itu anak yang kemarin nabrak gue” kata Desi
“Tidak sengaja” Revan menunduk
“Wah…asik dong, jadi gak perlu repot-repot ngenalin kalian” Daniel senang
Dinginnya angin malam memaksa mereka bertiga untuk membuat api unggun danmakanan yang hangat. Mereka memutuskan untuk membagi tugas masing-masing.
“Aku buat apinya, kalian berdua cari ikan, OK?” Daniel membagi tugas
Daniel berusaha membuat api dengan beberapa kayu bakar dan korek api.Sedangkan Desi dan Revan disibukkan dengan tugas mereka yaitu mencari ikan.Usai membuat api, Daniel bingung mengapa Desi dan Revan belum kembali. “Mungkinmereka belum dapat ikan, aku harus menyusul” pikir Daniel.
Setibanya ditempat Desi dan Revan mencari ikan, Daniel tidak langsungmenyapa mereka. Langkahnya terhenti ketika melihat Desi dan Revan sangat akrab.“Ah…Revan itu sahabatku, mana mungkin dia merebut Desi” pikir Daniel.
“Hey….udah dapet ikan belum?” Daniel menyapa
“Ini baru sedikit, Dan” jawab Desi
“Ini sudah cukup buat kita bertiga, yang loe dapet kan besar-besar tuh” kata Daniel
“Kita tadi itu takut enggak cukup, soalnya kan loe makannya banyak” tambah Revan
“Kurang ajar, mentang-mentang tubuh guegemuk”
“Sudah deh… ayo balik, gue udahlaper banget” kata Desi

***

“Huh….” Suara Desi melepaskan lelahnya. Aroma green tea dari pengharum ruangan di kamarnya membuat ia merasabahwa rasa penat setelah pulang dari campingterobati. Aroma itu juga mengantarkannya pada dunia mimpi, namun sebelumdia terlelap suara handphonenyamengganggu.
“SMS dariRevan rupanya” gumam Desi. Mereka memang sempat bertukar nomor telepon ketika camping.
“Terima kasih untuk acara campingnya,aku benar-benar senang. Mungkin kita bisa mengulanginya lagi kapan-kapan.Oh..iya, besok kita nonton ya? Ada film bagus.” Begitu kurang lebihnya isi SMSdari Revan. Desi mengiyakan ajakkan Revan tersebut. SMS tersebut adalah awalkedekatan Desi dan Revan, mereka menjadi sering pergi bersama, entah itu Dinner, nonton, atau acara lainnya takheran jika perasaan suka saling tumbuh diantara keduanya. Daniel yang mengetahuihal tersebut merasa cemburu karena sekarang Desi lebih sering bersama denganRevan dari pada dengannya.
Suara yang terdengar begitu bersemangat dan ramai, suara itu datang daripemandu sorak dan penonton yang sedang berada di lapangan basket Kampus. Desibergegas menuju arah datangnya suara tersebut, Revan dan Daniel sedang bermainbasket, mereka memang satu tim. Namun, pemandangan yang menurut Desi janggaljustru didapatkannya. Biasanya Revan dan Daniel selalu bekerja sama denganbaik, tetapi kali ini Daniel tampak tidak memperdulikan kawan satu timnya itu.Tentu saja hal ini mempengaruhi hasil poin yang mereka dapatkan, mereka kalahdalam pertandingan tersebut.
“Ini semua gara-gara loe”Daniel menyalahkan Revan
“Kenapa loe tiba-tiba nyalahin gue, yang gak mau ngoper bola kan loe, Dan”
Gue minta loe jauhin Desi” kata Daniel dengan nada tinggi
“Oh…jadi ini ada hubungannya sama Desi, loe suka sama Desi?” Tanya Revan
“Sudah seberapa dekat loe samaDesi?”
“Hah? Gue sama Desi?  Tentu saja udah deket banget, loe pikir Cuma loe yang suka sama Desi, Guejuga Dan.. Sudah lah kita gak usak ribut. Lebih baik kita tanyakan pada Desi,siapa yang lebih dia pilih. Loe atau gue !!!”
Suasana diruang ganti tempat mereka adu mulut berubah, dari yang semularamai menjadi sepi. Semua anak yang ada disana memperhatikan mereka.
Dengan langkah kaki yang semakin cepat mereka berdua menuju ke Halamanbelakang Kampus untuk menemui Desi. Disana Desi telah menunggu dengan perasaanbingung, sebab ajakan dari Daniel untuk bertemu terkesan lebih kasar.
“Cepat kau pilih, Aku atau Revan!!” kata Daniel
“Apa maksudmu?” Tanya Desi bingung
“Begini Des…”
“Diam kau, biar aku yang menjelaskan padanya” Daniel memotong pembicaraanRevan.
“Kau pasti tahu perubahan sikap antara kami berdua, kami seperti inikarenamu Des, kami saling cemburu, Aku menyukaimu, begitupun dia, dia jugamenyukaimu, kami ingin kau memilih salah satu diantara kami, Des”
“Bagaimana aku bisa memilih? Kalian berdua adalah sahabatku sendiri” Desimenunduk
“Jangan menunduk, tatap mataku Des, kau pasti melihat ketulusandidalamnya, aku ingin kau tetap bersamaku Des” kata Revan
“Desi…. Kita sudah lama mengenal satu sama lain, kau pasti tahu apa yangkurasakan terhadapmu” ujar Daniel
“Apa aku harus benar-benar memilih?” Desi menangis
“ya” jawab mereka bersamaan
“aku memilih Revan” kata Desi
“Apa yang kau katakan? Kau pasti tak sungguh-sungguh” Daniel tak percaya
“iya aku memilih Revan” jelas Desi lagi
Daniel meninggalkan Desi dan Revan tanpa sepatah katapun. Dia tampaksangat marah dengan keputusan yang diambil Desi. Dia masih belum bisa percayadengan kenyataan yang didapatkannya.Desi merasa sangat bersalah karena telahmenyakiti sahabatnya itu. Namun, dia hanya menuruti keinginan Daniel untukmemilih salah satu diantara kedua sahabatnya itu. Dengan langkah sempoyongandan mata sembab menahan air mata Desi berjalan pulang. Sesampainya dirumah diadikejutkan dengan sebuah pesan singkat.
“Aku telah mengenalmu jauh sebelum kau mengenal Revan. Kau pasti lebihmengenalku dari pada Revan. Kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Aku sangatkecewa dengan keputusan yang kau ambil. Bagaimana bisa kau lebih memilihnya?Bagaimana kau bisa berkata kau menyayanginya? Ya…aku akui dia jauh lebih tampandariku. Tapi, Kau belum lama mengenalnya, kau hanya belum tahu sifatnya. Kaubelum mengenalnya. Aku kecewa padamu, sudah… kau urus saja Revan. Aku akanmelupakanmu, dan anggap saja kita tak pernah mengenal. Tak pernah ada ceritapersahabatan diantara kita. Jika kau berubah fikiran dan ingin bersama ku lagi,kau bisa memulainya dari awal. Dan tanpa Revan tentunya”
“Aku memang telah mengenalmu lebih dulu. Aku juga lebih mengenaltentangmu dari pada Revan. Dan karena alasan itulah aku lebih memilih Revan.Kau sudah punya Susi. Iya kan? Disana kekasihmu sangat mencintaimu. Dia wanitayang cantik, baik, dan penyayang. Tidakkah kau ingat? Maaf jika aku lebihmemilih sahabatmu. Jujur…hatiku telah memilihnya dari awal kami bertemu,pertemuan itu…buku-buku yang berserakan saksinya. Maafkan aku” balas Desi.
Hate You!!!” Daniel membalas
Pesan singkat yang terakhir dari Daniel membuat tangis Desi semakinmenjadi-jadi. Tidak henti-hentinya Desi memikirkan hal itu. Desi menceritakansemuanya kepada Revan, Revan pun ikut bersalah karena merasa telah merebut Desidari Daniel. Desi dan Revan memutuskan menemui Daniel besok, untuk menjelaskanapa yang terjadi. Namun Daniel sangat sulit untuk ditemui, dia terlalu membenciRevan dan Desi. Revan dan Desi membuat sebuah rencana untuk menemui Danieltanpa membuat rencana terlebih dahulu. Kabar yang didapat Revan yaitu sore ini Danielakan menuju ke pantai untuk menenangkan fikiran, saat itulah Revan dan Desiakan menemuinya.
“Daniel….” Kata Desi lembut sambil menepuk bahu Daniel dari belakang
“Apa yang kalian lakukan disini?” Tanya Daniel pada mereka dengan nadatinggi
“Kau harus mendengarkan penjelasan kami, kami tak bisa membiarkan sahabatkami seperti ini. Kita sahabat kan Dan?” ujar Revan
“Apa yang mau loe jelaskan?Sudah tidak ada lagi yang harus dijelaskan. Yang ada hanyalah loe yang udah merebut Desi dari gue!!!!”
“Daniel….cobalah untuk mengerti aku, aku hanya mencoba menurutikeinginanmu untuk memilih diantara kau dan Revan” Desi menjelaskan
“Tapi itu tidak berarti kau harus memilihnya kan? Aku ingin kaumemilihku, Des?” ujar Daniel
“Cobalah kau melihat dirimu dahulu, Kau itu sudah menjadi milik yanglain. Kekasihmu susi begitu menyayangimu. Kau bisa bersama dia, tapi kenapa kauharus membenci kedekatanku dengan Revan? Kau egois Dan. Aku hanya menganggapmusebagai teman baikku, Dan. Tidak seharusnya kita seperti ini. Ingatkah kamudengan cerita persahabatan kita? Cerita yang sangat indah, ku harap kita bisamengulanginya lagi, Dan” jelas Desi
“Maafkan aku Des, kau benar…aku memang egois. Harusnya aku tetap bersamaSusi. Maafkan aku, aku tak bisa mengendalikan emosiku. Aku tahu kau sangatmencintai Revan, Revan juga sangat mencintaimu. Mungkin ada baiknya jika kalianmerajut sebuah hubungan yang lebih dekat” kata Daniel
“Hah? Apa maksudmu?” Revan kaget
“Sudahlah, aku tahu kau sangat mencintai Desi. Aku tahu kau menginginkanhal ini. Tak apa, aku bisa mengerti” kata Daniel pada Revan
“Desi..kau mau kan menjadi kekasih Revan. Kau pasti mau kan? Kau harusmau?” pinta Daniel sambil menyatukan tangan Desi dan Revan
“Ya…aku mau” Desi mengangguk
Ketiganya segera berpelukan. Mereka semua berdamai, kini Daniel telahmenjadi sahabat Desi dan Revan lagi. Sekarang Desi telah menjadi kekasih Revan.Semenjak itu cerita cinta dan persahabatan mereka berjalan dengan lebih indah.

No comments:

Post a Comment