Wednesday, March 5, 2014

Tips Menghilangkan Ngantuk saat Jam Pelajaran

Kalian masih pelajar? Suka begadang? Atau Insomnia? Yang kemudian menyebabkan kita merasa capek saat diajar guru? bosen? atau Ngantuk? Tentu hal itu pernah bahkan sering kita alami. Terutama pada pelajaran yang kurang kita sukai. kalian tentu sangat terganggu dengan keadaan ini, karena dengan keadaan seperti itu kita akan kesulitan konsentrasi dengan pelajaran tersebut, bahkan bisa saja kita tertidur dikelas kemudian dapat hukuman dari guru pengajar. Percayalah sebaiknya kalian tidak membudidayakan ngantuk saat Jam pelajaran karena dapat berakibat buruk bagi jumlah ilmu yang akan kalian dapat dalam satu hari tersebut. Jadi sekarang kalian ingin mengatasi tapi tidak tahu caranya? DeeAdmirer akan membagi tips untuk kalian.
Tips Menghilangkan Ngantuk saat Jam Pelajaran :

1. Tidurlah yang cukup
    Tidur ± 6 jam sehari, usahakan itu jumlah tidur pada malam hari saja, kalau tidak bisa diakumulasikan dengan tidur siang juga tidak apa-apa.
 
2. Pelajari materi pelajaran yang diajarkan
    Pelajari materi pelajaran yang diajarkan sebelum di jelaskan oleh guru, selain agar kita lebih paham, kita juga akan lebih mudah berkonsentrasi pada saat diajar.

3. Bicaralah dan Terus perhatikan guru pengajar
    Bicara atau bertanyalah kepada guru pengajar (tapi yang nyambung-nyambung aja ya?) dan perhatikan mimik guru saat mengajar. Hal itu akan membantu kalian agar lebih mudah berkomunikasi dengan guru dan tentunya kantuk bisa hilang. 

4. Ijin ke Toilet
    Ijinlah ke toilet sebentar untuk mencuci muka (Paling ampuh ini *pengalaman pribadi*) Tapi jangan lupa balik kekelas lagi loh... jangan-jangan nanti malah bolos :D

5. Makan sesuatu
    Makanlah permen pada saat diajar di dalam kelas. Ini bisa membantu tapi kalian harus hati-hati jangan sampai ketahuan guru, kalau guru tahu beliau bisa minta bagian permen sama kalian. :D

6. Bermainlah
    Bermain disini, bukan seperti main Flappy Bird atau lompat tali. Tetapi cenderung memainkan anggota badan, misalnya, mengoyang-goyangkan kaki ke depan dan belakang.

Semoga Tips Menghilangkan Ngantuk saat Jam Pelajaran ala DeeAdmirer bisa bermaanfaat ya.. ;)

Tuesday, March 4, 2014

Cara Mengatasi Tugas Sekolah yang Menumpuk

Haii..sist or bro..
Pernah gak kalian berfikir, punya sangat banyak tugas dari sekolah, tentu pernah kan?
Gimana rasanya? Kesal dan merasa terbebani bukan? Hahaha... sama, aku juga. Dimana satu minggu penuh dengan PR, ini belum selesai, yang lain udah antre. -_-" Kebayang ga sih, misalnya besok kita dihadapkan dengan 5 mata pelajaran, contohnya : Kimia, Biologi, Fisika, Bahasa Indonesia dan Matematika. Dan hari itu juga kita punya 4 PR  dari 5 pelajaran tersebut, 1 lainnya akan Ulangan Harian. Huuaa... :o gimana belajarnya coba? sebagian anak tentu akan pusing, atau mungkin akan tenang - tenang saja dan memilih menggantungkan harapannya pada esok pagi sambil dikejar bel masuk. Ini, gw punya tips Cara Mengatasi Tugas Sekolah yang Menumpuk Sister and Brother : 

1. Istirahat yang cukup setelah pulang sekolah.
Kenapa Istirahat yang cukup setelah pulang sekolah? bukankah kita harus mencicil PR untuk esok hari? alasannya, jika kita istirahat (15-30 menit tidur siang sudah cukup untuk memulihkan tenaga) kita akan memiliki tenaga yang cukup untuk berperang dengan PR serta Ulangan esok hari.

2. Makan
 Hahaa...tentu saja kita harus makan dahulu, agar kita bisa berkonsentrasi dalam belajar. Yah..dari pada saat belajar, bukan Rumus atau teori yang kita pikirkan, melainkan Nasi dan Ayam Goreng masakan Ibu. Jadi, sebaiknya kita makan dulu yaa??

3. Mengkondisikan Perasaan
Mengatur perasaan itu penting, terlebih jika saat itu kita sedang galau karena diputusin pacar, atau yang lainnya. Karena sudah jelas jika perasaan kita sedang galau, sedih atau marah kita akan kehilangan konsentrasi belajar kita. Kita diberikan otak, yang terdiri dari otak kanan dan otak kiri, kita diharuskan menyeimbangkan keduannya agar kita lebih mudah melakukan suatu kegiatan dengan cara menciptakan perasaan senang (Otak Kanan) dan kemampuan kita dalam berpikir (Otak Kiri). Kita bisa menciptakan rasa senang dengan belajar sambil mendengarkan musik atau nonton TV (Jangan salah atau takut tidak bisa konsen, setiap orang punya cara belajarnya sendiri-sendiri) Jadi, aturlah Perasaan Kalian sebiasa mungkin, bila perlu buat perasaan kalian jadi senang.

4. Cintai Mata Pelajaran
Ini sudah sangat jelas berpengaruh, bagaimana kita bisa belajar jika kita membenci pelajarannya coba? Penjelasannya sama dengan yang diatas mengenai Otak Kanan dan Otak kiri.

5. Susun Jadwal Belajar
 Ok, mari kita susun urutan mata pelajaran yang akan kita pelajari, mulai dari yang termudah ke sulit, bisa diselang seling atau sesuai selera. Hal ini bertujuan untuk membantu pengaturan waktu belajar kita.

6. Mulai Belajar
 Yap, ketika semua hal diatas sudah terpenuhi, kita bisa memulai belajar. Ingat ! Belajar itu tidak harus memelototi buku terus-terusan yang pada akhirnya kita akan ngantuk, dan tertidur saat belajar (hal yang biasa terjadi). Terkadang kita harus beristirahat, 5-10 menit untuk makan snack atau sekedar melihat-lihat keadaan sekitar, tapi jangan lama-lama, karena kita masih punya tanggungan belajar.

7. Belajar dari jauh-jauh hari
 Percaya atau tidak, tapi..ya sebaiknya percayalah jika kita belajar mulai dari H-1 kita akan kekurangan waktu, dan bisa berakibat mengerjakan PR disekolah esok pagi. Jadi, sebaiknya kita belajar sejak tugas atau peringatan akan adanya Ulangan diumumkan. Hal ini akan sangat membantu kita mencerna semua materi.

Dan itulah Cara Mengatasi Tugas Sekolah yang Menumpuk ala DeeAdmirer :) Semoga bermanfaat ya.. ;)

Monday, March 3, 2014

Cerpen : Pelangi

Lebatnya hujan malam menyisakan becek disepanjang jalan ini. Tempat yang ku tuju hanya terlihat mengintip dari ujung jalan. Angin yang berhembus mulai menusukku dari segala sudut. “Dingin sekali” gumamku. Matahari hanya terlihat samar-samar sinarnya karena terhalang awan mendung. Aku terus berjalan, sesekali melompat ke kanan dan ke kiri menghindari lubang-lubang yang dipenuhi air. Aku berperang melawan dinginnya udara.
            Pintu gerbang sekolah telah terbuka lebar, banyak siswa yang berlalu lalang. Flamboyan merah menyapaku dengan gagahnya, burung-burung kecil bersorak menyemangatiku. Dari kejauhan kelasku terlihat tidak biasa, ada yang tidak beres, biasanya tidak sepi, pintu juga terlihst tertutup, “Apa mungkin ada tambahan jam pagi?” Aku mulai panik dan berlari menuju kelasku, tanpa peduli dengan air-air yang menggenang dihalaman sekolah.
            Ku atur napasku dan mulai membuka pintu kelasku dengan perlahan. Mataku terbelalak melihat keadaan ricuh dikelasku, sangat berbanding terbalik dengan yang kulihat dari kejauhan tadi. Wajahku berubah menjadi merah padam, kulihat rok abu-abu yang kupakai kotor penuh cipratan lumpur. “Rus…pinjam buku matematika milikmu” pinta Lasmi. Kesurahkan saja buku hasil kerjaku semalam, raut wajah lega sedikit tergambar diwajahku, untung aku sudah menyelesaikan PR matematika, pelajaran kesukaanku.
            Pelajaran matematika dimulai, Pak Rojak menjelaskan dan semua siswa memperhatikan tetapi berbeda ketika beliau membalik badan dan menulis, siswa-siswi yang diajarnya justru bergurau dan asik bermain HP. “Mengapa mereka seperti itu?” bisikku pada Lasmi. “Sudahlah, memperhatikan ataupun tidak hasilnya sama saja, tidak  paham. Lihat aku juga bermain HP” jelasnya sambil menunjukkan HP miliknya tersebut. Aku tidak gentar, aku harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Aku mencintai mata pelajaran ini.
            “Tet…tet…tet” anak-anak bersorak mendengar bunyi bel ganti pelajaran, mereka segera berhamburan keluar kelas. Namun tidak lama kemudian mereka kembali  dengan wajah penuh lipatan, lebih parah dari pada saat diajar matematika. Aku terheran, bagaimana bisa mereka serentak merubah ekspresinya? Hahahaha…. Aku tertawa terbahak-bahak, terlihat Bu Berti yang hendak mengajar dikelasku, pantas saja mereka serentak berwajah kusut. “hanya ingin istirahat dari matematika, kenapa sudah diajar lagi?” gerutu Lasmi.
            Bu Berti memulai pelajaran seperti biasanya, aku memperhatikan. “Anak-anak saya akan memberitahukan pengumuman mengenai olimpiade Sains sekolah kita” , ”Kapan Olimpiade itu akan dilaksanakan, Bu?” tanyaku cepat. “Hus, olimpiade itu sudah dilaksanakan kemarin lusa, Rusmini” sahut Lasmi disebelahku. Aku menatap Lasmi tajam, mataku berkata bahwa aku sangat kecewa. Ditambah lagi dengan penjelasan Bu Berti bahwa yang mewakili sekolah kami berhasil membawa predikat juara 2 di Kabupaten. “ Kapan aku bis mewakili sekolahku ini?” kataku lirih. “Saya yakin kamu bisa Rusmini, belajarlah dengan lebih giat lagi, jangan pantang menyerah” bisik Bu Berti mengagetkanku.
            Kulihat 2 siswi berjalan dengan riang gembira menenteng 2 karung chiki-chiki. “Hebat sekali mereka, benar-benar bisa hidup tanpa beban”. Aku mencoba memotivasi diriku sendiri. Apa yang sedang kulakukan? Iri dengan hidup mereka? Semua orang punya jalannya sendiri. Besok ulangan matematika, aku tidak akan membiarkan kesempatan ini terbuang sia-sia, akan ku buktikan bahwa aku bisa menjadi lebih baik.
            Jam dinding menunjukkan pukul 11.00 hal itu berarti malam ini sudah 5 jam aku bercinta dengan soal-soal matematika. Mataku mulai terasa berat, tanpa kusadari pensil ini terlepas dari genggamanku, aku terlelap.
            Hujan lebat mengiringi pagiku, degup jantungku mulai tidak beraturan, hanya  tingga hitungan menit ulangan matematika dimulai dan aku masih terus mengasah kemampuanku. Ulangan benar-benar dimulai,hingga aku menggenggam hasil ulanganku. 70, sangat jauh dari target yang kupasang.
            Aku keluar dari dalam ruangan dengan penuh amarah, kekecewaan. Apa gunanya aku belajar jika hasilnya tetap seperti ini? Ku pandang langit, hujan deras mulai mereda, emosiku justru meningkat. Matahari mulai menampakkan sinarnya membentuk sebuah pelangi yang membelah langit dan menyerukan suaranya, berbisik lembut kearahku, “Kau tahu? Aku butuh hujan serta matahari untuk muncul dan dicintai banyak orang. Aku berjuang mendapatkan warnaku. Tidak ada sukses yang instan, kobarkan semangatmu, ini akan menjadi hujan badai dan terik matahari yang akan menenggelamkanmu serta membakarmu jika kamu tidak bisa menyatukan mereka. Berjuanglah, tidak ada yang sia-sia. Aku disini pelangimu”. Aku teringat pada Bu Berti yang juga menyemangatiku. Semangatku mulai berkobar, mereka percaya padaku, jadi aku harus percaya dengan diriku seperti mereka, tidak akan kubiarkan hujan memadamkan atau matahari mengalahkan kobaran semangatku.
            Ku mulai hariku dengan penuh semangat, dibawah pohon kelengkeng yang memelukku aku mulai mencorat coret kertasku membantai habis seluruh soal-soal. “Mengapa hanya matematika yang kudalami? Mungkin bisa kuletakkan semangatku ini pada pelajaran yang lain juga.”
            Nilaiku mulai merangkak naik, usahaku membuahkan hasil. Dengan hasil kerja kerasku pihak sekolah memintaku untuk mewakili dalam sebuah kompetisi siswa berprestasi. Kulakukan semaksimal yang aku bisa. Berkat kerja keras yang kulakukan, aku berhasil mendapatkan juara 1. “Bagaimana kamu bisa melakukannya, Rusmini?” Tanya Lasmi heran. “Sebuah pelangi harus berjuang melawan hujan dan menyatukannya dengan matahari untuk menampakkan warnanya” jawabku singkat.

Cerpen : RamenKimchi

Matahari bersinar cerah, dengan langit yang berwarna biru, diiringi nyanyian burung, serta dihiasi pohon-pohon nan rindang, menambah kesejukan udara di Taman Kampus, tempat kedua orang ini beristirahat. Gadis berambut keriting dengan kulit sawo matang yang akrab disapa Grace, tampak sedang mengutak-atik Laptop kesayangannya bersama dengan Junas, laki-laki bertubuh tinggi, kekar dan berparas rupawan yang merupakan sahabat Grace sejak ia duduk di bangku SMA. Grace sedang mencari informasi tentang makanan khas Jepang, begitu pula Junas yang sedang mencari informasi tentang cara untuk memperoleh makanan khas Korea di Indonesia. Keduanya memang menyukai kuliner Jepang dan Korea. Tak heran jika mereka punya panggilan special untuk keduanya yaitu RamenKimchi. Ramen untuk Junas, dan Kimchi untuk Grace. Ramen adalah nama mie khas Jepang, sedangkan Kimchi merupakan nama makanan olahan sayur yang difermentasi dari Korea. Nama tadi digunakan dengan maksud agar keduanya bisa saling menyayangi, dan persahabatannya tidak akan putus seperti kecintaan mereka terhadap kuliner Jepang dan Korea.
                        Seiring bergulirnya waktu, Grace mulai jatuh cinta pada Junas, namun dia tidak berani mengungkapkannya, dia takut Junas tidak punya rasa yang sama. Hingga pada akhirnya Junas tak pernah tahu isi hati Grace.
                        Langit senja di tepi Pantai serta nyiur yang melambai-lambai menjadi pemandangan di hadapan Grace yang sedang menunggu Junas. Junas datang dengan melangkahkan kakinya secara hati-hati agar tidak bersuara untuk mengagetkan Grace dari belakang, “Kimchi…!!” , “Ahh..Ramen, kau mengagetkanku saja, kenapa baru datang? Aku merasa hampir ditumbuhi jamur karena menunggumu !!” omel Grace, “ Maaf Kimchi..aku tadi sedikit sibuk” jelas Junas sambil , “Ohh iya, aku hampir lupa, Kimchi kenalkan ini Evelin, Evelin ini Grace” tambahnya untuk mengenalkan Evelin pada Grace. “Tentu saja sibuk, Ramen sibuk dengan Evelin” gumam Grace dalam hati. Mereka bertiga menikmati suasana sunset di tepi Pantai. Disana Junas selalu bersama Evelin, hal itu membuat Grace semakin cemburu. Jam berbentuk hati yang melingkar di tangan kiri Grace menunjukkan pukul 18.30 WIB, sehingga mereka memutuskan untuk pulang. Grace pulang sendiri, sedangkan Junas mengantarkan Evelin pulang.
                        Sesampainya dirumah, Grace terus memikirkan Junas dan Evelin, “Sebenarnya ada hubungan apa antara Ramen dan Evelin?” tanyanya dalam hati. Ting..tung..ting..tung.. bel pintu rumah Grace berbunyi, dia pun segera membukanya “Ternyata kau Ramen” , “Iya ini aku, aku sendiri dirumah, jadi aku kerumahmu agar tidak merasa sepi”. Keduanya duduk disofa ruang tamu sambil menonton drama Korea Bread, Love, and Dream. Mereka berdua saling berdiam diri. “Ramen, sebenarnya siapa Evelin itu?” Tanya Grace memecah sepi, “ Dia itu orang yang baik dan penyayang, dia calon kekasihku Kimchi, aku akan menembaknya beberapa hari lagi, bagaimana menurutmu, apa dia cocok untukku?” jawab Junas bersemangat, “Sekarang sudah hampir tengah malam, kau harus segera pulang” ucap Grace mengalihkan pembicaraan karena dia tidak sanggup mendengar penyataan Junas. “Baiklah aku akan pulang” jawab Junas dengan santai. Grace pun mengantarkan Junas sampai depan pintu rumahnya. Tanpa sadar air mata Grace jatuh membasahi pipinya. Dia mengusapnya, kemudian bergegas ke Kamarnya, namun sebelum sampai di kamar tiba-tiba Grace merasa tidak enak badan “Ada apa denganku? Kenapa banyak sekali kunang-kunang yang menyerbu mataku?”gumamnya. Grace pun pingsan.
                        Tiga Hari kemudian, “Dimana aku?” Tanya Grace bingung, “ Kau berada dirumah sakit sayang” , “Ada apa denganku Ibu? Kenapa aku berada disini?” , “Tiga hari yang lalu kamu pingsan Grace, kata dokter kamu menderita penyakit kanker, kamu telah divonis bahwa umurmu tinggal beberapa hari saja” jelas Ibu Grace sambil menangis, “Apakah Ibu yang menemaniku selama aku pingsan?” , “Iya Grace, terkadang Junas juga kesini melihat keadaanmu, tetapi Ibu tidak memberitahunya tentang penyakitmu” jawab Ibu Grace, “Aku mohon Bu, jangan sampai Junas tahu hal ini” Pinta Grace, Ibunya hanya mengangguk sambil mengusap air mata. Tak lama kemudian Junas datang menjenguk Grace. “Kimchi..kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?” Tanya Junas khawatir, “Aku baik-baik saja Ramen, aku hanya terlalu lelah membuka mataku” , “Sebenarnya kau ini sakit apa?, Ibumu tidak mau memberitahuku” jelas Junas sedih, “Tidak, aku tidak sakit, aku hanya terlalu lelah” , “Baiklah..aku harus pergi Kimchi, aku telah punya janji dengan Evelin” , “Have Fun Ramen” jawab Grace.
                        Keesokan harinya, “Ramen, bisakah kau menemuiku sekarang?” Tanya Grace lewat telepon, “Maaf Kimchi, aku harus menemui Evelin, aku akan menembaknya hari ini juga” , “baiklah, tidak masalah” jawab Grace sambil menutup telepon. Selang beberapa saat, Grace kritis, hingga akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya dengan ditemani Ibunya. “Junas,, Grace telah tiada” bunyi SMS Ibu Grace pada Junas. Saat itu Junas belum sempat menembak Evelin, dia bergegas menuju Rumah Sakit dan membatalkan janji dengan Evelin. “Apa yang terjadi tante? Kenapa Grace meninggal?” Tanya Junas sedih, “Sebenarnya Grace menderita kanker stadium akhir” jawab Ibu Grace sambil menangis, “Kenapa tante tidak memberitahuku tentang penyakit Grace?” ucap Junas marah, “Maafkan tante, tapi Grace melarang tante, dia tidak mau mengganggu kau yang sedang kasmaran, sebelum meninggal Grace hanya menitipkan ini” disodorkannya kotak berwarna merah muda untuk Junas. “Apa ini?” , “Tante juga tidak tahu Junas” jelas Ibu Grace.
             Setelah pemakaman Grace, Junas selalu mengurung dirinya di Kamar, hingga suatu malam Junas ingat dengan Kotak pemberian Grace yang belum sempat dia buka.  Dibukanya Kotak berwarna merah muda itu, kotak itu berisikan foto-foto memorial tentang kebersamaan mereka sejak SMA hingga Kuliah, sepasang cincin dan selembar surat. Junas pun membuka isi dari surat pemberian Grace itu :

Dear Ramen
      Ini foto kenangan kita sejak SMA hingga saat ini, kenangan itu masih teringat jelas dibenakku, dan ini sepasang cincin impianku, yang sangat ingin aku pakai untuk pernikahan kita, namun impianku kandas, kini kau telah menjadi milik Evelin, kau lebih memilihnya dibanding aku. Aku mencintaimu tidak kah kau tau itu? Mungkin penyakit ini adalah takdirku, agar aku tak melihatmu bersama Evelin, terimakasih untuk cerita kita yang terdahulu, semoga kau bahagia dengan Evelin, aku akan selalu mendo’akan kebahagiaanmu.
Kimchi
            Junas menangis saat membaca surat  dari Grace, dia menyesal tidak menemui Grace, teman baiknya untuk menemaninya menghembuskan nafas terakhir dan lebih memilih menemui Evelin orang yang baru dikenalnya selama 3 bulan yang akhir-akhir ini diketahui telah memiliki tunangan. Junas tampak seperti orang yang depresi setelah kepergian Grace. Junas menemui Ibu Grace tidak peduli sekalipun malam telah larut dengan membawa cincin dari Grace “Tante..tante.. ini cincin pemberian Grace untuk pernikahan kami, aku akan memakainya, jadi aku telah menikah dengan Grace, dan sekarang Aku akan bercerai dengan Grace”  ucapnya sambil melepas cincin yang dia pasangkan sendiri di jari manisnya. “Ini, aku titip cincin pernikahan kami pada tante, agar cincin ini aman, dan agar tante tetap ingat bahwa aku pernah jadi menantu tante” tambah Junas sambil menangis, Ibu Grace pun memeluknya untuk menenangkan Junas.

Cerpen : Never Ending

“True love is love which only for two person, and no place for the third person”
Gemerlap nyala 200 lilin-lilin kecil menghiasi pertemuan romantis antara dua insan yang sedang dipeluk hangat oleh suatu rasa yang teramat indah, Cinta. Dress putih serta pita kecil di rambut Bella yang tergerai bebas membuatnya tampak cantik malam ini, ditambah pasangannya, Alvin, cowok yang pernah menjadi idola setiap wanita di sekolahnya, membuat mereka berdua tampak serasi berada di taman tempat mereka merayakan 2th Anniversary mereka pacaran.
“Sayang, 2 tahun sudah kita merajut hubungan ini, apa kau masih mencintaiku layaknya dahulu?” Tanya Alvin
“Tidak, cintaku kini tidak seperti awal kita pacaran, karena cintaku padamu telah bertambah, jauh lebih banyak dari kemarin”
“Benarkah? Aku senang mendengarnya”
“Bell…kemana kita akan membawa hubungan kita ini?” tambah Alvin
“Apa maksudmu?” Tanya Bella sambil melahap hidangan cup cake
“Tidakkah kau ingin jika kita bertunangan? Kedua orang tua kita telah merestui hubungan kita kan?”
“Hahahaha….kamu ngawur deh.. Aku saja belum lulus SMA. Tunggulah sebentar lagi, kamu juga harus cari kerja, kan?”
“Aku hanya takut, aku takut kehilanganmu, Bell” kata Alvin sambil membersihkan sisa cream dari cup cake di sudut bibir Bella.
“Kau tidak perlu takut sayang, kita jalani saja dulu. Dan ketahuilah, bahwa aku tak pernah bermain-main dengan hubungan kita” Jelas Bella.
Hubungan yang dibina keduanya berjalan dengan indah, Alvin dan Bella saling mencintai dan telah mendapatkan dukungan dari keluarga. Bisa dibilang perfect relathionship yang mampu membuat banyak orang iri dengan keduanya.

***
Shine bright like a diamond
Shine Bright like a diamond
Shining Bright like a diamond
We’re beautiful like diamonds in the sky
Lagu Diamond dari Rihana, membawa masuknya sebuah Pesan singkat di Hape Bella. Dengan wajah kusut dan ekspresi malas, Bella membuka SMS tersebut. Maklum saja acara tidurnya siang itu terusik oleh dering Hape.
“Sore ini, kita shopping di tempat biasa, sama Chika juga”
Ajakan dari Agnes membuat Bella tidak bisa melanjutkan tidurnya. Bella bingung, karena sore ini pun Alvin mengajaknya jalan. Setelah berpikir panjang dan berdiskusi dengan kekasihnya, akhirnya Bella memutuskan untuk mengiyakan ajakan Agnes dan Chika, karena keadaan mereka bisa pergi bersama sangat langka, sebab mereka bertiga berbeda sekolah.
“bagusan yang biru apa ungu, ya?”
Bella sibuk memilih belt untuk dress yang baru saja dibelinya. Bella termasuk orang yang pemilih, terutama dalam hal fashion. Hal ini membuat kedua sahabatnya bosan, wajar saja perlu satu jam untuk memilih satu barang yang dikehendaki Bella.
“Sudahlah Bell, ambil aja dua-duanya, aku udah laper banget. Ayo ke Resto” Chika mengeluh
“Ya udah deh, kapan-kapan aja beli belt nya. Belum ada yang cocok” jawab Bella santai
“Haaaa….????” Chika dan Agnes kaget. Bella hanya tertawa lirih.
Mereka bertiga segera pergi ke Restaurant yang hanya berjarak 50 meter dari tempat mereka berbelanja. Saat ini, daftar Menu menjadi buku bacaan menarik bagi mereka yang sedang kelaparan. Satu Beef Burger, sepotong Chicken Steak, semangkuk Ramen, dan 3 Gelas Iced Coffee float, menjadi hidangan yang mereka pilih untuk mengisi perut.
“Bell, kamu sama Alvin masih fine-fine aja kan?”
“Ya masih dong, malah kemarin itu dia ngajak aku tunangan” jawab Bella pada Agnes dengan bersemangat.
“Hah..beneran?” Chika tak percaya
“Trus kamunya gimana?” Tanya Agnes sambil melahap Beef Burgernya.
“ya…aku tolaklah”
“Loh..kenapa?” Tanya Agnes
“Udah gila apa… Aku kan belum lulus SMA”
“oh…aku kira karena itu” kata Chika sambil menunjuk meja di dekat pintu masuk.
“Alvin sama Janetta !!!” teriak Agnes
“Seriusan?” Tanya Bella sambil menoleh ke meja dibelakangnya.
Bella hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya kala itu. Alvin, kekasihnya yang baru saja menawarkan tunangan dengannya kini sedang makan bersama Janetta, seorang wanita yang pernah dekat dengan Alvin, dan sampai sekarang masih mengharapkan Alvin. Dengan kemarahan yang membakar hatinya, langkah penuh emosi menemaninya ke meja tempat Alvin dan Janetta sedang makan.
“Oh…Janetta ya? Sudah lama disini?” sapa Bella dengan menahan emosi.
“Sudah lumayan, Bell. Cukup kalau buat menghabiskan seporsi Sushi” jawab Janetta untuk membuat Bella tambah cemburu.
“Vin…kenapa wajah kamu pucet gitu? Lagi takut ya? Waduuhh…Dilanjutin lagi aja makannya, aku mau pulang dulu” Bella tersenyum sinis dan pergi.
Alvin tahu betul dengan keadaan ini. Dia tahu bahwa Bella sedang sangat marah, karena Bella tidak pernah suka jika Dia dekat dengan Janetta lagi. Alvin segera mengejar Bella yang telah pergi menjauh darinya.
“Bella…!! Tunggu..!!” teriak Alvin
“Apa? Kenapa? Ada masalah?” Bella berhenti
“Aku bisa jelaskan semuanya”
“Apa ada yang perlu dijelaskan? Semuanya sudah jelas, Vin” Bella pun menangis
“Dengarkan aku, ini tidak sama dengan yang kau bayangkan. Tadi aku hanya berniat untuk makan sendiri. Tapi tiba-tiba Janetta datang dan memohon untuk makan denganku, aku tidak berniat membuatmu sakit, Bell”
“Oh…jadi tadi itu kebetulan? Ciihh….!!!!”
Bella tak mampu menerima alasan dari Alvin, walaupun Alvin telah mengatakan yang sebenarnya. Bella sudah terlalu kecewa, sehingga dia tak mampu berfikir jernih untuk memaafkan Alvin. Bella berlari sambil menangis, Alvin mengejar dibelakangnya. Dan kemudian…
“Shhiiiittttt…Brrraaakkk….!!!!”
“Bella…????”
Alvin menghampiri Bella dengan segera. Bella tertabrak bus ketika melintas dijalan. Tubuhnya berlumuran banyak darah. Alvin membawanya ke Rumah Sakit terdekat. Dokter berkata bahwa Bella mengalami patah tulang pada bagian kaki kirinya dan memerlukan donor darah O. Alvin tak mampu berbuat apa-apa, karena dia bergolongan darah B, dia hanya mampu menunggunya dengan setia sambil menanti kedatangan keluarga Bella.
“Bell..kenapa kau tidak mempercayai penjelasanku, aku telah berkata jujur padamu, aku dan Jane tidak ada apa-apa, kami hanya berteman biasa. Kau salah faham, Bell. Andai saja kau mampu mendengarku, Aku mencintaimu Bella. Segeralah sadar” kata Alvin dengan menggenggam tangan Bella.
Pukul 22.00 WIB, 1 jam sudah Alvin disana bersama Bella. Keluarga Bella pun tak kunjung datang. Alvin takut jika keadaan Bella akan semakin memburuk karena kekurangan darah. Hingga kini Bella juga masih belum sadarkan diri.
“Alvin…bagaimana keadaan Bella?” suara perempuan
“Oh..tante?” Alvin terkejut dengan kedatangan Ibu Bella
“Bella mengalami patah tulang dibagian kaki kirinya, dia juga butuh donor darah O. Aku tak mampu membantunya, Golongan darahku B” tambahnya dengan wajah sedih.
“Maafkan aku Bella, Ibu baru bisa datang, tadi Ibu sedang berada di Singapura. Maafkan Ibu karna Ibu terlalu sibuk, Ibu akan mendonorkan darah Ibu untuk kamu, sayang”

***

Gelap gulita, tanpa cahaya. Mata telah terbuka, tapi tetap saja gelap. Berkedip berkali-kali untuk memastikan bahwa dunia benar-benar gelap. Menangis, dia menangis. Itulah yang dilakukan Bella sesaat dia tersadar.
“Bella, kau tidak apa-apa?” Ibu Bella cemas
“Bagaimana keadaaanmu sayang?” Alvin juga khawatir
“Kenapa kalian mematikan lampu? Apa listriknya mati? Disini telihat gelap?”
“Apa maksudmu? Ini siang hari, terlalu terang untuk menyalakan lampu” jelas Alvin
“Maaf, Bella juga mengalami buta permanen” kata dokter yang menangani Bella.
Tiba-tiba dokter mengajak Alvin dan Ibu Bella keluar ruangan. Dikatakannya bahwa hidup Bella tak akan sampai 3 hari lagi karena terdapat penyumbatan darah dibagian dekat jantung, yang sewaktu-waktu bisa pecah dan mengakibatkan kematian. Ibu dan Alvin pun menangis, seakan merasakan sakit yang Bella alami.
“Kau harus menjaga Bella, jangan buat dia sakit hati, hibur dia hingga hari terakhirnya tiba”
Keesok harinya, Bella telah boleh meninggalkan Rumah sakit. Kakinya masih terbalut perban hingga dia harus memakai kursi roda. Alvin mendorong kursi roda Bella dengan penuh cinta. Dari ujung lorong tampak seorang wanita yang hendak menghampiri Bella. Janetta, ya…wanita itu.
“Maafkan aku Bella, waktu itu aku memang sengaja membuatmu cemburu. Kini aku sadar, cinta Alvin hanya untukmu, aku akan pergi. Semoga kau bahagia bersama Alvin” Janetta memohon
“Tak apa Jane, aku telah memaklumi semuanya” kata Bella
Mereka bertiga berpelukan, pelukan kedamaian. Janetta, Alvin dan Bella. Kemudian Alvin membawa Bella ke danau dimana dia pernah menyatakan cintanya pada Bella 2 tahun yang lalu.
Alvin memilih tempat dibawah pohon yang rindang, dengan rumput hijau dibawahnya. Alvin duduk dibawah pohon, Bella dibantunya untuk berbaring dipangkuannya.
“Sayangku,, air danau saat ini berwarna sangat biru, cuacanya pun cerah. Semilir angin membuat udara disini terasa sejuk. Kau pasti mampu merasakannya kan?” Alvin membelai rambut Bella yang terurai bebas.
“Andai saja aku masih mampu melihat indahnya dunia, andai saja aku masih mampu menggerakkan kakiku. Pasti aku bisa menikmati indahnya danau ini dan mampu berlari ditepiannya” kata Bella yang mengetahui bahwa umurnya tidak lama lagi.
“Sayang…jangan berkata seperti itu” Alvin menangis
“Apa kamu menangis?”
“Tidak, aku tidak menangis” jawab Alvin sambil mengusap air mata
“Aku ingin tidak ada yang menangis sebelum waktunya”
“Apakah kamu masih mencintaiku dengan semua keterbatasanku ini?” Bella menangis
When I say I love you, I mean I love you and all what you bring with
“Sayang, bisakah kamu menyanyikan satu lagu untukku?” tambah Bella lagi
“Lagu apa?”
“Terserah kau saja” Bella tersenyum
Right from the start, you were a thief
You stole my heart and
 I your willing victim 
I let you see the parts of me
That weren't all that pretty
And with every touch
You fixed them
Now, you've been talking in your sleep
Oh oh, things you never say to me
Oh oh, tell me that you've had enough
Of our Love, our Love
Alvin mulai bernyanyi, lagu dari  Pink feat. Nate Ruessdia - Just Give Me A Reason akan dipersembahkan untuk kekasihnya itu. Walau dengan suara yang terdengar menahan tangis, dia tetap mempersembahkan yang terbaik untuk Bella. Namun, di pertengahan lagu, dia tak tahan lagi, hingga air matanya menjatuhi wajah Bella.
“Kenapa kau berhenti? Dan, apa ini? Apa mau hujan?” Tanya Bella
“Tidak sayang, tidak ada hujan?”
“Kalau begitu kenapa kau berhenti? Lanjutkan lah?” pinta Bella
“I Love You, Bella” kata Alvin sambil memeluk erat Bella
“I Love You too Alvin” jawab Bella lirih
Alvin melanjutkan lagunya, dengan menggenggam erat tangan Bella. Seakan dia tak mau berpisah dengan Bella.
Just give me a reason
Just a little bit's enough
Just a second, we're not broken
Just bent, we can learn to love again
Oh, it's in the stars
It's been written in the scars on our hearts
We're not broken
Just bent, we can learn to love again
Alvin merasakan genggaman tangan Bella semakin erat. Alvin menyadari bahwa saat itu Bella sedang merasakan sakit yang teramat sangat. Dia menghentikan sejenak nyanyiannya ketika dia merasakan genggaman Bella mulai melemah dan akhirnya terlepas. Dia mengerti bahwa ketika itu Bella tiada. Dia kembali bernyanyi, namun kini dia tidak lagi menahan isak tangisnya.
I'm sorry I don't understand where
All of these is coming from
I thought that we were fine (Oh, we had everything)
Your head is running wild again
My dear, we still have everything
And it's all in your mind (Yeah, but this is happenin')
You've been having real bad dreams
Oh oh, used to lie so close to me
Oh oh, there's nothing more than empty sheets
Between our love, our love
Oh, tear ducts and rust
I'll fix it for us
We're collecting dust
But our love's enough
You're holding it in
You're pouring a drink
No, nothing is as bad as it seems
We'll come clean

“Walau kini kau telah tiada, namun cintaku masih tetap milikmu. Semua tentangmu akan jadi kenangan terindah bagiku. Cinta ini akan tetap milikmu. Selamanya. Dan tidak akan pernah berakhir” kata Alvin sambil mengecup kening kekasihnya.

Cerpen : Segitiga Cinta Sahabat

Udara pegunungan yang dingin, secangkir white coffee, sepotong roti bakar dan beberapa keping cookies coklat menemani pagi seoranggadis berkulit kuning langsat duduk di sebuah rumah pohon yang dibuatnyabersama sahabatnya 1 tahun lalu. Keberadaan awan hitam dilangit dan matahariyang malu-malu menampakkan wajahnya, membuat gadis ini semakin nyaman berada dirumah pohon, namun wajahnya mulai tampak muram ketika dia ingat mengapa diaberada ditempat itu. Satu jam menunggu sahabatnya membuatnya mulai penat,diputuskannya untuk pulang, namun ketika dia hendak turun, sahabatnya datang.
“Desi…!! Kenapa loe udah mauturun?”
“Hah?? Loe sih kelamaan, gue udah hampir jamuran nungguin loe” kata Desi kesal.
“Hahaha…sorry ya? Gue tadi kena macet,” Jelas Danielsahabat Desi
“Gitu ya? Iya deh, ayo cepetan naik” Ajak Desi
Tanpa menjawab Daniel yang juga pembangun rumah pohon itu pun mengikutiDesi ke atas. Mereka mulai membicarakan rencana camping besok. Pakaian, bekal, dan tentu saja lokasi camping menjadi perdebatan saat itu.
“Kenapa enggak di hutan aja, kan asik tuh, gak butuh bawa bekal makanan,kita bisa latihan cari sendiri dari alam” Usul Desi
“Ahh…repot. Bukannya senang-senang malah kesusahan, di pantai aja lah..pemandangannya indah, gak terlalu jauh juga dari rumah penduduk, jadi kalo adaapa-apa gak bingung”
“Ok..jangan lupa bawa novel Perahu Kertas punyamu ya?  Aku pengen baca” Pinta Desi
“Gampang Des”
            Tak terasa jam dinding rumah pohontelah menunjukkan pukul 10.15 WIB. Sudah saatnya Desi harus masuk kelasMatematika, sedangkan Daniel ada kelas olah raga. Mereka pun memutuskanberangkat bersama-sama ke Kampus karena mereka berada di Universitas yang sama.
 “Huh…materi hari ini benar-benarmembuatku pusing” gumam Desi seusai dari kelas sambil menatap beberapa bukutebal di tangannya. Desi ingin segera pulang, sebab itulah dia berjalan menujukelas Daniel.
“Harusnya kelasnya sudah selesai” pikir Desi. Dia mempercepat jalannya,ketika melewati sebuah sudut jalan seorang laki-laki dengan pakaian olah ragayang tampak kelelahan setelah bermain basket, tak sengaja menabraknya. Seketikabuku yang berada ditangan Desi pun jatuh berserakan dilantai.
“Maaf, maafkan aku, aku tidak sengaja menabrakmu” kata laki-laki itusambil membereskan buku Desi yang jatuh.
No Problem, aku juga salah,aku tak berhati-hati” ujar Desi
Laki-laki itu segera mengembalikan buku Desi. “Terima kasih” ucap Desisambil meninggalkan laki-laki itu.
“Dan…. Sudah selesai kan?”
“Sudah Des, kenapa loe barudatang kesini?” tanya Daniel
“Tadi ada laki-laki yang tidak sengaja menabrakku di sana” jawab Desisambil menunjukkan tempat dimana dia tertabrak.
“Laki-laki? Siapa?”
Gue gak tau, tadi enggaksempat kenalan, sudahlah….tidak penting. Ayo pulang, kita harus berkemas untuk camping besok”
“OK. Loe ke mobil aja dulu.Nanti gue nyusul. Gue harus ganti baju dulu”
***
Berkemas sudah dilakukan dari kemarin, hanya tinggal menunggu jamberdentang pertanda pukul 15.00 WIB untuk berangkat. Tak lama kemudian, Desiberangkat menuju pantai dimana dia dan Daniel akan camping.
Setibanya disana Desi belum melihat Daniel tiba. “Kebiasaan, selalu gue yang harus nunggu” gumamnya dalamhati. Desi memutuskan untuk membangun tenda terlebih dahulu sambil menungguDaniel datang. Desi kesal, karena tendanya sudah berdiri tetapi Daniel tidakkunjung datang.
“Desi… Loe harus sabar, diamemang seperti itu adanya” kata desi dalam hati
“Kenapa wajahloe kusut begitu Des?” Tanya Danielmengagetkan Desi
Loe sih, selalu datang telat”
“Maaf, ini gara-gara dia nih, berkemasnya mendadak” jelas Daniel sambilmenunjuk temannya.
Loe bawa temen loe ya Dan?”
“Iya, enggak enak kalo Cuma kita berdua, nanti disangka ada apa-apa,oh..iya Des. kenalkan ini Revan, Revan..ini Desi” Daniel mengenalkan keduanya.
“Kamu..?” tunjuk Desi pada Revan
“Kamu…kamu kan yang kemarin tidak sengaja aku tabrak” kata Revan malu
“Kalian sudah pernah ketemu?” tanya Daniel
“Iya, dia itu anak yang kemarin nabrak gue” kata Desi
“Tidak sengaja” Revan menunduk
“Wah…asik dong, jadi gak perlu repot-repot ngenalin kalian” Daniel senang
Dinginnya angin malam memaksa mereka bertiga untuk membuat api unggun danmakanan yang hangat. Mereka memutuskan untuk membagi tugas masing-masing.
“Aku buat apinya, kalian berdua cari ikan, OK?” Daniel membagi tugas
Daniel berusaha membuat api dengan beberapa kayu bakar dan korek api.Sedangkan Desi dan Revan disibukkan dengan tugas mereka yaitu mencari ikan.Usai membuat api, Daniel bingung mengapa Desi dan Revan belum kembali. “Mungkinmereka belum dapat ikan, aku harus menyusul” pikir Daniel.
Setibanya ditempat Desi dan Revan mencari ikan, Daniel tidak langsungmenyapa mereka. Langkahnya terhenti ketika melihat Desi dan Revan sangat akrab.“Ah…Revan itu sahabatku, mana mungkin dia merebut Desi” pikir Daniel.
“Hey….udah dapet ikan belum?” Daniel menyapa
“Ini baru sedikit, Dan” jawab Desi
“Ini sudah cukup buat kita bertiga, yang loe dapet kan besar-besar tuh” kata Daniel
“Kita tadi itu takut enggak cukup, soalnya kan loe makannya banyak” tambah Revan
“Kurang ajar, mentang-mentang tubuh guegemuk”
“Sudah deh… ayo balik, gue udahlaper banget” kata Desi

***

“Huh….” Suara Desi melepaskan lelahnya. Aroma green tea dari pengharum ruangan di kamarnya membuat ia merasabahwa rasa penat setelah pulang dari campingterobati. Aroma itu juga mengantarkannya pada dunia mimpi, namun sebelumdia terlelap suara handphonenyamengganggu.
“SMS dariRevan rupanya” gumam Desi. Mereka memang sempat bertukar nomor telepon ketika camping.
“Terima kasih untuk acara campingnya,aku benar-benar senang. Mungkin kita bisa mengulanginya lagi kapan-kapan.Oh..iya, besok kita nonton ya? Ada film bagus.” Begitu kurang lebihnya isi SMSdari Revan. Desi mengiyakan ajakkan Revan tersebut. SMS tersebut adalah awalkedekatan Desi dan Revan, mereka menjadi sering pergi bersama, entah itu Dinner, nonton, atau acara lainnya takheran jika perasaan suka saling tumbuh diantara keduanya. Daniel yang mengetahuihal tersebut merasa cemburu karena sekarang Desi lebih sering bersama denganRevan dari pada dengannya.
Suara yang terdengar begitu bersemangat dan ramai, suara itu datang daripemandu sorak dan penonton yang sedang berada di lapangan basket Kampus. Desibergegas menuju arah datangnya suara tersebut, Revan dan Daniel sedang bermainbasket, mereka memang satu tim. Namun, pemandangan yang menurut Desi janggaljustru didapatkannya. Biasanya Revan dan Daniel selalu bekerja sama denganbaik, tetapi kali ini Daniel tampak tidak memperdulikan kawan satu timnya itu.Tentu saja hal ini mempengaruhi hasil poin yang mereka dapatkan, mereka kalahdalam pertandingan tersebut.
“Ini semua gara-gara loe”Daniel menyalahkan Revan
“Kenapa loe tiba-tiba nyalahin gue, yang gak mau ngoper bola kan loe, Dan”
Gue minta loe jauhin Desi” kata Daniel dengan nada tinggi
“Oh…jadi ini ada hubungannya sama Desi, loe suka sama Desi?” Tanya Revan
“Sudah seberapa dekat loe samaDesi?”
“Hah? Gue sama Desi?  Tentu saja udah deket banget, loe pikir Cuma loe yang suka sama Desi, Guejuga Dan.. Sudah lah kita gak usak ribut. Lebih baik kita tanyakan pada Desi,siapa yang lebih dia pilih. Loe atau gue !!!”
Suasana diruang ganti tempat mereka adu mulut berubah, dari yang semularamai menjadi sepi. Semua anak yang ada disana memperhatikan mereka.
Dengan langkah kaki yang semakin cepat mereka berdua menuju ke Halamanbelakang Kampus untuk menemui Desi. Disana Desi telah menunggu dengan perasaanbingung, sebab ajakan dari Daniel untuk bertemu terkesan lebih kasar.
“Cepat kau pilih, Aku atau Revan!!” kata Daniel
“Apa maksudmu?” Tanya Desi bingung
“Begini Des…”
“Diam kau, biar aku yang menjelaskan padanya” Daniel memotong pembicaraanRevan.
“Kau pasti tahu perubahan sikap antara kami berdua, kami seperti inikarenamu Des, kami saling cemburu, Aku menyukaimu, begitupun dia, dia jugamenyukaimu, kami ingin kau memilih salah satu diantara kami, Des”
“Bagaimana aku bisa memilih? Kalian berdua adalah sahabatku sendiri” Desimenunduk
“Jangan menunduk, tatap mataku Des, kau pasti melihat ketulusandidalamnya, aku ingin kau tetap bersamaku Des” kata Revan
“Desi…. Kita sudah lama mengenal satu sama lain, kau pasti tahu apa yangkurasakan terhadapmu” ujar Daniel
“Apa aku harus benar-benar memilih?” Desi menangis
“ya” jawab mereka bersamaan
“aku memilih Revan” kata Desi
“Apa yang kau katakan? Kau pasti tak sungguh-sungguh” Daniel tak percaya
“iya aku memilih Revan” jelas Desi lagi
Daniel meninggalkan Desi dan Revan tanpa sepatah katapun. Dia tampaksangat marah dengan keputusan yang diambil Desi. Dia masih belum bisa percayadengan kenyataan yang didapatkannya.Desi merasa sangat bersalah karena telahmenyakiti sahabatnya itu. Namun, dia hanya menuruti keinginan Daniel untukmemilih salah satu diantara kedua sahabatnya itu. Dengan langkah sempoyongandan mata sembab menahan air mata Desi berjalan pulang. Sesampainya dirumah diadikejutkan dengan sebuah pesan singkat.
“Aku telah mengenalmu jauh sebelum kau mengenal Revan. Kau pasti lebihmengenalku dari pada Revan. Kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Aku sangatkecewa dengan keputusan yang kau ambil. Bagaimana bisa kau lebih memilihnya?Bagaimana kau bisa berkata kau menyayanginya? Ya…aku akui dia jauh lebih tampandariku. Tapi, Kau belum lama mengenalnya, kau hanya belum tahu sifatnya. Kaubelum mengenalnya. Aku kecewa padamu, sudah… kau urus saja Revan. Aku akanmelupakanmu, dan anggap saja kita tak pernah mengenal. Tak pernah ada ceritapersahabatan diantara kita. Jika kau berubah fikiran dan ingin bersama ku lagi,kau bisa memulainya dari awal. Dan tanpa Revan tentunya”
“Aku memang telah mengenalmu lebih dulu. Aku juga lebih mengenaltentangmu dari pada Revan. Dan karena alasan itulah aku lebih memilih Revan.Kau sudah punya Susi. Iya kan? Disana kekasihmu sangat mencintaimu. Dia wanitayang cantik, baik, dan penyayang. Tidakkah kau ingat? Maaf jika aku lebihmemilih sahabatmu. Jujur…hatiku telah memilihnya dari awal kami bertemu,pertemuan itu…buku-buku yang berserakan saksinya. Maafkan aku” balas Desi.
Hate You!!!” Daniel membalas
Pesan singkat yang terakhir dari Daniel membuat tangis Desi semakinmenjadi-jadi. Tidak henti-hentinya Desi memikirkan hal itu. Desi menceritakansemuanya kepada Revan, Revan pun ikut bersalah karena merasa telah merebut Desidari Daniel. Desi dan Revan memutuskan menemui Daniel besok, untuk menjelaskanapa yang terjadi. Namun Daniel sangat sulit untuk ditemui, dia terlalu membenciRevan dan Desi. Revan dan Desi membuat sebuah rencana untuk menemui Danieltanpa membuat rencana terlebih dahulu. Kabar yang didapat Revan yaitu sore ini Danielakan menuju ke pantai untuk menenangkan fikiran, saat itulah Revan dan Desiakan menemuinya.
“Daniel….” Kata Desi lembut sambil menepuk bahu Daniel dari belakang
“Apa yang kalian lakukan disini?” Tanya Daniel pada mereka dengan nadatinggi
“Kau harus mendengarkan penjelasan kami, kami tak bisa membiarkan sahabatkami seperti ini. Kita sahabat kan Dan?” ujar Revan
“Apa yang mau loe jelaskan?Sudah tidak ada lagi yang harus dijelaskan. Yang ada hanyalah loe yang udah merebut Desi dari gue!!!!”
“Daniel….cobalah untuk mengerti aku, aku hanya mencoba menurutikeinginanmu untuk memilih diantara kau dan Revan” Desi menjelaskan
“Tapi itu tidak berarti kau harus memilihnya kan? Aku ingin kaumemilihku, Des?” ujar Daniel
“Cobalah kau melihat dirimu dahulu, Kau itu sudah menjadi milik yanglain. Kekasihmu susi begitu menyayangimu. Kau bisa bersama dia, tapi kenapa kauharus membenci kedekatanku dengan Revan? Kau egois Dan. Aku hanya menganggapmusebagai teman baikku, Dan. Tidak seharusnya kita seperti ini. Ingatkah kamudengan cerita persahabatan kita? Cerita yang sangat indah, ku harap kita bisamengulanginya lagi, Dan” jelas Desi
“Maafkan aku Des, kau benar…aku memang egois. Harusnya aku tetap bersamaSusi. Maafkan aku, aku tak bisa mengendalikan emosiku. Aku tahu kau sangatmencintai Revan, Revan juga sangat mencintaimu. Mungkin ada baiknya jika kalianmerajut sebuah hubungan yang lebih dekat” kata Daniel
“Hah? Apa maksudmu?” Revan kaget
“Sudahlah, aku tahu kau sangat mencintai Desi. Aku tahu kau menginginkanhal ini. Tak apa, aku bisa mengerti” kata Daniel pada Revan
“Desi..kau mau kan menjadi kekasih Revan. Kau pasti mau kan? Kau harusmau?” pinta Daniel sambil menyatukan tangan Desi dan Revan
“Ya…aku mau” Desi mengangguk
Ketiganya segera berpelukan. Mereka semua berdamai, kini Daniel telahmenjadi sahabat Desi dan Revan lagi. Sekarang Desi telah menjadi kekasih Revan.Semenjak itu cerita cinta dan persahabatan mereka berjalan dengan lebih indah.